Versi Android


Breaking News

kurikulum

Kamis, 18 Mei 2017

Menuju Sekolah Hebat


John Rosborg dalam bukunya yang berjudul " The Perfect School" mengemukakan bahwa terdapat 8 hal yang musti dipertimbangkan dalam menciptakan sebuah sekolah yang hebat. Sekolah yang hebat-masih menurutnya-paling tidak harus memiliki: Perfect Teachers,Perfect Staffs, Perfect Principals Service, Character/Perseption, Curriculum/data /diversity. Finance/Academic Gap dan Hiring and Firing. Terkait dengan sekolah dimana kita mengabdi atau menjadi managernya, mana diantaranya yang telah kita miliki? Semuanya? Atau tidak satupun dari prasyarat yang dikemukan oleh Rosborg yang telah terpenuhi di sekolah kita. Jangan berkecil hati, Inilah saat yang tepat bagi kita untuk memulai membangun sekolah yang hebat itu.
Pada tulisan kali ini,mari kita break down salah satu prasarat sekolah Hebat (saya lebih suka memakai kata Hebat untuk Perfect, Thomas Amstrong menyebutnya sebagai Sekolah Para Jawara) sebagaimana yang diutarakan oleh Rosborg diatas: Perfect teachers. Guru memiliki peran yang sangat sentral dalam pembelajaran. Meski saat ini banyak peran guru diambil alih oleh teknologi, namun peran krusialnya tetap tidak bisa tergantikan. Peran krusial apa sajakah yang tidak mungkin tergantikan itu? Salah satunya adalah kepengasuhan. Inti dari pendidikan itu salah satunya adalah kepengasuhan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak berbudaya menjadi berbudaya, dari tidak baik menjadi baik.
Guru yang baik adalah sosok yang mampu menjadi pengasuh bagi kehausan sang murid akan rahasia-rahasia kehidupannya. Ia seharusnya menjadi tumpuan sekaligus sandaran bagi pencarian pengetahuan-pengetahuan yang mengganggu pikiran sang anak didik. Guru tidak hanya dituntut untuk sabar, telaten, pantang menyerah, ikhlas, jujur namun lebih dari itu. Sosok guru harus mampu menjadi isnpirasi tiada henti bagi sang murid untuk menjadi lebih berarti dalam kehidupannya kelak dikemudian hari. Seorang guru harus mampu menumbuhkan keyakinan dan kecermelangan potensi anak didik mengingat ini adalah bagian dari kepengasuhan itu sendiri. Menurut saya inilah yang disebut Perfect teacher. Seorang Perfect Teacher selalu berfikir kreatif dan melihat segala sesuatu di luar konteks (thinking out the box). Dan memberi ruang yang sama besarnya untuk anak didiknya melakukan hal yang sama. Dia adalah sosok yang tidak terkebiri oleh kurikulum, namun ia harus menjelma menjadi sosok yang bebas dan kreatif mengeluarkan ide-idenya bagi perbaikan pembelajaran. Ia juga harus mau menerima apapun perbedaan dan cara berfikir anak didiknya. Karena baginya, kesalahan adalah bagian terpenting dari kurikulum itu sendiri. Bernard Shaw membagi guru menjadi 4 golongan dan posisi tertinggi itu dicapai oleh guru agung (Great teacher, Perfect teacher) yang selalu menjadi inspirasi tiada henti bagi anak didiknya: Great teacher inspires! Perfect Teacher.Dan saya yakin itu adalah anda!.
Lebih jauh, guru yang baik itu juga ditopang oleh citra diri yang ideal. Bagaimanakah citra diri guru ideal tersebut?. Mengenai citra guru ideal, UNESCO telah melakukan penelitian terhadap 5000 siswa di 50 negara (dikutip dari: ejournal.stainpurwokerto.ac.id/index.php/…/47). Dan dari hasil penelitian itu didapat bahwa
1. Guru adalah seseorang yang pandai memotivasi, menghibur, dan menjadi mitra belajar (Afrika)
2. Guru memberi kehidupan bagi anak-anak, seperti air hujan terhadap lading (Meksiko)
3. Guru mesti sayang, percaya, dan bersahabat, pandai mendengar, dan mengert juga penuh gairah dan penuh perhatian. Guru disukai karena senyuman dan katakatanya yang ramah (Selandia Baru)
4. Guruku pandai menyanyi, pandai bermain, adil, dan pengertian (Vietnam)
5. Guru menyayangi kami seperti anaknya dan selalu menjawab pertanyaan kami walaupun pertanyaan itu bodoh.
6. Guru yang baik memperlakukan laki-laki dan perempuan sama (Austria)
7. Guru tidak boleh mempunyai siswa kesayangan dan tidak membedakan yang kaya dari yang miskin, yang pandai dari yang kurang pandai (Zimbabwe)
8. Guru yang baik tidak suka marah dan mengantuk (Gabon)
9. Guru jangan mudah marah dan kaku, itu membuat kami takut dan tidak mau datang ke sekolah (Ceko)
10. Guru harus berperilaku terpuji karena kami menirunya (Ghana) dan mengajarkan hal-hal yang baik (Chile)
11. Aku suka guru yang menjadikan kelas menyenangkan (Portugal) dan membantuku berpikir dan mencari jawabannya untukku (Zimbabwe)
12. Guru musti cakap secara akademik (Tanzania), mau tetap menemani siswa waktu istirahat (Korea Selatan)
Jadi, sekolah yang baik selalu memiliki guru-guru yang hebat, seorang guru yang tidak hanya pandai memberi materi semata, namun mampu membangkitkan raksasa yang tertidur (Aweakening the giant within:Tony Buzan), pandai memotivasi, menginspirasi, dan yang terpenting tidak terkotak dan terkungkung oleh kurikulum. Semoga kita bisa menjadi guru inspiratif itu, karena ialah yang akan mengkilaukan kembali pendidikan kita yang terpuruk. Semoga, Amien.

Sumber : 
http://heriyantonurcahyo213.gurusiana.id/article/menuju-sekolah-hebat-367980

Read more ...

Manajemen sekolah sebagai tulang punggung perwujudan visi dan misi


Sebagai sebuah organisasi pembelajar, penting bagi sekolah untuk mempunyai sebuah team yang menjadi suporter bagi perubahan. Mereka adalah manajemen sekolah, sebenarnya  siapa saja yang bisa disebut sebagai manajemen sekolah :
  1. Kepala Sekolah
  2. Wakasek Kesiswaan
  3. Wakasek Kurikulum
  4. Wakasek Humas
  5. Wakasek Sarana Prasarana
  6. Kepala TU atau tata usaha
  7. Koordinator Jenjang
  8. Koordinator BK
Penting bagi team diatas untuk punya bayangan mengenai bagaimana sebenarnya sekolah yang ideal atau sekolah impian itu seperti yang biasa tergambar dalam visi dan misi. Berikut ini adalah gambaran sekolah yang impian dengan 3 faktor utama sebagai kunci.
  1. Punya lingkungan yang nyaman bagi siswa baik dari segi sarana prasarana dan semua yang mendukung kegiatan pembelajaran.
  2. Sekolah jadi tempat mengembangkan warganya untuk menjadi warga negara yang baik dan pembelajar yang tangguh dan berkarakter
  3. Semua komponen di sekolahnya kompak memberi contoh siswanya bagaimana menjadi sosok yang berkarakter dan senang belajar hal baru sesuai dengan bidangnya
ac4729ba38d89b9f7860b89f5915ca35
8 komponen manajemen sekolah diatas diharapkan bisa mewakili suara guru lainnya mengenai bagaimana sekolah impian. Jika 8 elemen diatas sudah mempunyai bayangan saatnya melakukan perubahan. Sebuah perubahan perlu inisiator dan perlu ‘first time follower’ atau pengikut yang pertama kali percaya. Memang pelaksana di lapangan adalah para guru, saat yang sama guru tidak akan pernah melihat kepada kepala sekolah sebagai pimpinannya . Seorang guru akan melihat kepada sesamanya ketika memutuskan berubah atau tidak. Di titik ini peran manajemen sekolah menjadi penting. Manajemen sekolah mesti jadi pihak yang menguatkan sesama guru untuk lakukan perubahan. Sebaik-baiknya perubahan yang paling baik terjadi adalah perubahan secara budaya atau ‘cultural’.




Sumber : https://gurukreatif.wordpress.com/2017/05/08/manajemen-sekolah-sebagai-tulang-punggung-perwujudan-visi-dan-misi/#more-6834
Read more ...

“Guru Unggul, Sekolah Hebat” ala Finlandia


Oleh: In Amullah, S.Si
(Team Leader Sekolah Guru Indonesia (SGI) – Halmahera Utara)
Siapa yang tak kenal dengan Finlandia? Negara kecil asal Nokia ini terkenal dengan julukan negara dengan ‘pendidikan terbaik dunia’. Finlandia telah berhasil mereformasi sistem pendidikannya dari yang dulunya tak dikenal dan tidak efisien kini menjadi contoh bagi negara-negara lain dalam hal pendidikannya. Selain itu, Finlandia juga dikenal sebagai negara dengan indeks kebahagiaan tertinggi. Apa alasannya dan mengapa Finlandia bisa meraih gelar tersebut? Kita semua tahu bahwa pendidikan adalah elemen penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Berkaca dari Finlandia, kita bisa belajar dan menimba ilmu tentang kemajuan negara tersebut yang berawal dari pendidikannya. Salah satu faktor yang menjadi fokus perbaikan pendidikan di Finlandia adalah ‘program pendidikan guru’nya. Mengapa guru?
Guru adalah profesi paling bergengsi dan paling kompetitif di Finlandia. Guru menjadi profesi nomor satu bagi kalangan orang-orang muda Finlandia. Menurut Pasi Sahlberg, Ph.D (Pakar Pendidikan Finlandia dan Internasional) orang-orang Finlandia memandang guru sebagai profesi prestisius dan mulia, sejajar dengan dokter, pengacara dan ekonom. Hal tersebut lebih karena sebab-sebab moral dari pada kepentingan dan imbalan materi atau karir. Lalu, apa yang membuat “menjadi guru” sebagai pekerjaan top bagi mereka? Pasi Sahlberg dalam bukunya yang berjudul “Finnish Lessons: Mengajar Lebih Sedikit, Belajar Lebih Banyak ala Finlandia” mengemukakan tiga alasan. Pertama dan yang paling penting adalah tempat guru bekerja memungkinkan mereka memenuhi misi moral mereka. Kedua, pendidikan guru yang kompetitif dan menantang (karena syarat untuk menjadi guru SD (Sekolah Dasar) saja harus bergelar master/S2). Ketiga, tingkat penghasilan bukan motivasi utama untuk guru. Pendidik Finlandia terkenal, Matti Koskenniemi menggunakan istilah “cinta pedagogis” yang juga menjadi landasan teori tindakan bagi Veera Salonen (mahasiswa pendidikan guru Universitas Helsinki) dalam mengungkapkan alasannya menjadi guru. Mengajar, barangkali lebih daripada pekerjaan lain adalah profesi yang berhasil kau jalani hanya ketika engkau berhasil memberikan hati dan kepribadianmu, ungkapnya.
Semua guru di Finlandia harus memiliki gelar master / S2. Sebagaimana kualifikasi guru yang dipersyaratkan di Finlandia adalah guru TK (sarjana/S1), guru SD (master / S2), guru Sekolah Terpadu / Peruskoulu (master / S2), guru SMP (master / S2), dan guru SMA (master / S2). Disini terlihat jelas, bahwasanya guru harus benar-benar profesional sesuai dengan bidang kemampuannya dalam menjalankan tugasnya sebagai guru. Tugas guru tidak hanya mengajar dan berhenti pada tataran S1 saja, akan tetapi menjadi guru pembelajar, dan guru riset. Menurut Ann Lieberman (Senior Scholar, Stanford University) fokus reformasi pendidikan Finlandia adalah pada program pendidikan guru. Mereka yang berprofesi sebagai guru tidak hanya terus mengajar, tetapi banyak yang melanjutkan studi, bukan untuk melepaskan profesi ini, melainkan untuk belajar lebih banyak dan berkontribusi lebih banyak kepada profesi.
Sederhananya guru-guru Finlandia adalah guru pembelajar, guru riset dan guru pemimpin. Bahkan pemimpin adalah guru. Karena kebanyakan sekolah di Finlandia, kepala sekolah adalah seorang guru berpengalaman yang sudah teruji kompetensi kepemimpinan dan kepribadiannya. Di banyak sekolah, kepala sekolah juga memegang sejumlah kelas kecil untuk ia ajar setiap minggunya. Kepemimpinan pedagogik adalah salah satu bidang kunci dalam kepemimpinan sekolah yang profesional di Finlandia. Menurut Martti Hellstrom (Kepala Sekolah di Sekolah Aurora, Kota Espoo), menjadi kepala sekolah bukan seperti menjadi adiministrator atau pelatih sebuah klub olahraga. Seorang kepala sekolah bertanggung jawab atas sebagian dari sebuah sistem sosial yang kompleks yang terus menerus berubah. Tanpa pengalaman sebagai guru, akan sangat sulit untuk berhasil memenuhi amanat pekerjaan ini.
Selain keunggulan guru, banyak faktor lain yang telah berkontribusi pada ketenaran sistem pendidikan Finlandia, seperti adanya Sekolah Terpadu 9 tahun (Peruskoulu) untuk semua anak, kurikulum modern yang berfokus pada pembelajaran, perhatian sistematis kepada siswa-siswa berkebutuhan khusus yang beragam serta otonomi lokal dan tanggung jawab bersama. Reformasi sekolah terpadu (Peruskoulu) memicu pengembangan tiga aspek tertentu dalam sistem pendidikan Finlandia, yang belakangan telah terbukti berperan penting dalam menciptakan sistem pendidikan berkinerja tinggi. Pertama, prinsip berkesempatan sama (equal opportunity principle) yaitu menerima semua siswa tanpa memandang domisili, latar belakang sosial ekonomi dan minatnya. Kedua, bimbingan karier dan konseling menjadi bagian wajib dalam kurikulum sekolah terpadu di semua sekolah. Bimbingan dan konseling ini membantu siswa dalam menentukan arah pendidikan dan masa depan mereka, seperti melanjutkan ke sekolah atas umum, melanjutkan ke sekolah kejuruan atau mencari kerja. Ketiga, Peruskoulu menuntut guru-guru untuk profesional dan kreatif dalam mengajar siswa yang kemampuannya beragam.
Biodata Penulis:
Penulis memiliki nama lengkap In Amullah, S.Si. Saat ini penulis bertugas sebagai Relawan Pendidikan Sekolah Guru Indonesia (SGI) – Dompet Dhuafa yang ditempatkan di daerah Loloda Kepulauan, Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara. Selain itu, penulis juga menjadi ketua tim (team leader) Sekolah Guru Indonesia – Halmahera Utara. Penulis bisa dihubungi di nomor handphone 0822 9801 4064 atau email: kang.amroelz@gmail.com

Sumber : 
http://www.sekolahguruindonesia.net/guru-unggul-sekolah-hebat-ala-finlandia/
Read more ...
Designed By