Versi Android


Breaking News

kurikulum

Selasa, 02 Mei 2017

Pendidikan Indonesia Seperti Pendidikan Finlandia?


Apa yang ada dipikiran kita ketika mendengar “Sistem Pendidikan di Indonesia”? Mungkin sebagian besar dari kita akan berkata, “Pendidikan di Indonesia seperti robot, karena siswa berada delapan jam disekolah dengan waktu istirahat kurang dari satu jam.” Lalu ada juga yang berkata, “Sistem Pendidikan di Indonesia tidak efektif dan cukup buruk.” Bahkan ada pula yang hingga berkata, “Siswa hanya diberi teori-teori yang tidak jelas, yang nanti ketika bekerja tidak diperlukan.” Ya intinya dari banyak opini-opini dari rekan mahasiswa, adik kelas, dan juga opini masyarakat disekitar penulis seputar sistem Pendidikan di Indonesia, mostly of them talked about how poor the education in this country atau dengan kata lain, semua opini tersebut pasti berunsur negatif. Entah itu berupa keluh kesah dan lain sebagainya. Opini-opini tersebut tidak dapat penulis pungkiri lagi bahwa hal tersebut juga ada benarnya mengenai sistem pendidikan di Indonesia yang masih jauh tertinggal dibanding negara-negara lain. Bahkan kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia menduduki peringkat yang paling rendah di ASEAN. Apabila kualitas SDM nya sudah rendah tentunya salah satu faktor penyebabnya adalah Pendidikan yang masih minim. Banyak orang berkata, “Harusnya supaya pendidikan di Indonesia ini maju, sistem pendidikannya diubah seperti sistem pendidikan yang ada di Finlandia.” Apakah kalian sependapat dengan kalimat tersebut bahwa pendidikan di Indonesia harus diubah layaknya sistem pendidikan di negara Finlandia? Tentunya sudah kita kenal bahwa sistem pendidikan di Finlandia merupakan salah satu sistem pendidikan terbaik yang ada di dunia. Untuk kali ini, penulis tidak sependapat dengan kalian yang sependapat dengan pernyataan tersebut. Mengapa? Begini, ada beberapa hal yang harus menjadi pertimbangan guys untuk merubah sebuah sistem Pendidikan di suatu negara. Terlebih kita harus tahu bahwa Indonesia merupakan negara yang berpenduduk sangat banyak sekitar kurang lebih seperempat miliar atau dengan kata lain ada 250 juta lebih orang yang menduduki negara Indonesia ini. Sehingga apabila pemerintah ingin mengubah sistem Pendidikan atau bahkan membuat suatu ketetapan baru bagi Pendidikan di Indonesia, tentunya perlu melewati proses pemikiran yang sangat matang. Berikut penulis paparkan beberapa alasan mengapa sistem Pendidikan Finlandia belum bisa diterapkan di Indonesia: Budaya, Latar Belakang dan Pola Pemikiran yang Berbeda Tentunya setiap negara memiliki budaya dan latar belakang yang berbeda, yang dimana hal tersebut juga akan membawa perbedaan terhadap pola pemikiran masyarakat di masing-masing negara. Seperti contoh masyarakat di Indonesia cenderung berorientasi kepada nilai atau hasil akhir, hal tersebut terlihat bahwa sejak enam tahun pertama anak bersekolah, mereka sudah dinilai dan nilai tersebut dianggap sudah mempengaruhi prestasi mereka. Sedangkan apabila di Finlandia, 93% orang di Finlandia adalah lulusan sekolah tinggi, hal ini yang menyebabkan masyarakat di Finlandia lebih menghargai sebuah proses dibandingkan langsung menilai pada hasil akhir. Hal ini yang menyebabkan kita tidak bisa langsung membandingkan dan menyamaratakan antara pendidikan di Finlandia dengan Indonesia. Selain itu, akibat perbedaan pola pikir ini pula yang menyebabkan masyarakat Indonesia terkadang bahkan seringkali menyepelekan kemampuan seseorang di dalam bidang tertentu. Contoh nyatanya adalah masih banyak masyarakat di Indonesia yang berpikir bahwa orang yang pintar hanyalah orang-orang yang mahir dalam hitung-hitungan dan ilmu sains seperti fisika dan matematika. Padahal tentunya kita semua mengetahui bahwa setiap pribadi memiliki minat dan bakat  yang berbeda-beda, sehingga kita tidak dapat memaksakan satu pribadi untuk mahir di satu bidang yang tidak sesuai dengan passionyang ia miliki. Salah satu buktinya adalah sekolah kejuruan yang berada di Indonesia masih seringkali dipandang rendah oleh masyarakat, padahal sebenarnya akan lebih baik apabila sejak awal seorang anak sudah mengetahui minat dan bakatnya lebih awal, anak tersebut diikutkan ke sekolah yang tepat dan sesuai dengan anak yang bersangkutan. Nah karena stigma yang ada pada masyarakat mengenai sekolah kejuruan yang cenderung negatif, hal tersebut yang juga menyebabkan baik orang tua siswa, maupun siswa nya itu sendiri enggan untuk memilih melanjutkan pendidikan di sekolah kejuruan. Berbeda dengan pandangan di masyarakat Finlandia, perlu kita ketahui sebanyak 43% masyarakat Finlandia memilih sekolah kejuruan. Di Finlandia sendiri, masyarakatnya juga cenderung dapat menghargai setiap karakteristik minat dan bakat tiap pribadi. Sehingga di Finlandia banyak terdapat sekolah-sekolah kejuruan sesuai minat dan bakat yang banyak diminati di kalangan pelajar. Nah, tentunya hal ini menjadi pertimbangan bagi para orang tua siswa dan siswanya sendiri untuk cenderung lebih memilih sekolah kejuruan dibandingkan dengan sekolah yang sistem pengajarannya masih sangat general. Nah, mari coba kita pikirkan sejenak apabila sistem sekolah kejuruan diterapkan Indonesia, menurut pendapat penulis hal ini tidak mudah untuk diterapkan begitu saja, sekalipun sekolah kejuruan yang ada Indonesia sudah cukup banyak. Karena adanya stigma negatif pada masyarakat di Indonesia tentang sekolah kejuruan, hal ini justru malah dapat mengakibatkan sekolah kejuruan semakin tidak diminati oleh masyarakat dan fungsi sekolah kejuruan tidak berjalan secara efektif. Pendidikan yang Belum Merata Apabila pada poin sebelumnya penulis telah memaparkan bahwa 93% masyarakat di Finlandia telah mengenyam pendidikan tinggi, hal tersebut berarti dapat dikatakan bahwa Pendidikan yang ada di Finlandia telah terbilang sudah merata hampir ke seluruh Finlandia walaupun belum merata secara sempurna karena masih belum mencapai angka 100%. Sekarang mari kita bandingkan dengan kemerataan pendidikan di Indonesia, tentunya kita semua mengtahui bahwa pendidikan di Indonesia ini sangat belum merata terutama semakin ke bagian timur Indonesia. Mengingat negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan jumlah penduduknya yang juga sangat banyak, perihal pemerataan pendidikan hingga ke pelosok negeri ini tentunya masih menjadi problematika tersendiri bagi negeri ini. Tentunya apabila pendidikan sendiri belum merata di negeri ini, maka jangan heran guys apabila masih banyak anak-anak muda di sekitar kita yang seharusnya mengenyam pendidikan seperti kita, malahan mereka putus sekolah. Perbedaan Profesionalitas dan Tunjangan untuk Guru Di Indonesia, sudah banyak guru-guru atau tenaga-tenaga pendidik yang profesional terutama di wilayah kota-kota besar. Namun, bagaimana dengan guru-guru yang berada di luar kota-kota besar? Apakah sudah terjamin tingkat ke-profesionalan-nya? Tentu saja tidak. Hal ini juga yang menjadi salah satu pertimbangan kuat mengapa sistem pendidikan Finlandia akan sulit untuk diterapkan di Indonesia. Kita perlu tahu bahwa semua guru di Finlandia harus bergelar master, hal tersebut tentu saja berpengaruh pada kinerja para guru saat mengajar. Sedangkan di Indonesia bahkan untuk lulus S1 saja, tidak semua guru dapat lulus S1. Apalagi untuk menempuh pendidikan selanjutnya? Tentunya akan memerlukan biaya yang tidak murah. Di Indonesia sendiri keberadaan guru masih belum dijamin 100% oleh pemerintah. Salah satu bukti konkret sederhananya adalah rata-rata gaji guru di Indonesia masih belum memenuhi UMR.  Hal ini tentunya sangat memprihatinkan. Berbeda dengan Finlandia, semua guru diberi gaji yang layak bahkan terbilang cukup besar, selain itu untuk menunjang pendidikan seorang guru agar dapat mendapatkan gelar master semuanya sudah difasilitasi oleh negara, sehingga guru di Finlandia tidak perlu memusingkan diri dengan biaya pendidikan dan semacamnya. Tugas guru di Finlandia benar-benar hanya mengajar dengan profesional dan berdedikasi. Hal ini yang menyebabkan profesi guru sangat diminati di Finlandia, bahkan pada tahun 2010 ada 6.600 orang yang bersaing untuk merebut 660 kursi pelatihan guru SD. Karena tingginya kesadaran akan pendidikan di Finlandia, masyarakat Finlandia bahkan pemerintah pun juga sangat menghargai pendidikan serta menghormati setiap guru yang ada. Profesi guru sama dihargainya seperti profesi dokter dan pengacara. Nah, dari beberapa hal yang telah penulis paparkan mungkin dapat menambah sedikit wawasan kita mengapa sistem pendidikan Indonesia tidak dapat meniru layaknya negara Finlandia. Banyaknya perbedaan-perbedaan tersebut tentunya akan menjadi bahan pertimbangan yang harus dipikirkan secara matang, karena apabila pihak yang memiliki kepentingan salah dalam melakukan pengambilan keputusan maka dampaknya akan sangat berakibat fatal. Lantas apa yang dapat dilakukan anak muda dalam menyikapi hal ini? Penulis hanya menyarankan agar kita sebagai anak muda tidak banyak mengeluh. Karena salah satu cara untuk memajukan pendidikan di Indonesia itu dapat dimulai dari diri kita sendiri. Tidak perlu kita mengeluh kesana sini, terus menerus mengkritik pemerintah tanpa melakukan tindakan, karena yang diperlukan hanya satu, bagaimana langkah selanjutnya yang kita lakukan. Karena orang menilai kita cerdas tidak perlu dari beribu-ribu kata yang kita ucapkan, cukup dengan satu tindakan kita maka orang disekitar kita dapat melihat bagaimana diri kita. Demikian kontribusi yang dapat penulis lakukan di hari Pendidikan Nasional ini dengan menulis pendapat penulis seputar pendidikan di Indonesia ini. Kiranya tulisan ini dapat menambah wawasan kita lebih banyak lagi seputar dunia pendidikan di Indonesia. Terimakasih. KEZSHA PARAMESTI

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/kezshaparamesti/pendidikan-indonesia-seperti-pendidikan-finlandia_5907715fff22bd31206cca37


Sumber:
http://www.kompasiana.com/kezshaparamesti/pendidikan-indonesia-seperti-pendidikan-finlandia_5907715fff22bd31206cca37


Read more ...

Kata Jusuf Kalla, Pendidikan Indonesia Semakin Maju


WARTA KOTA, GAMBIR - Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) menyampaikan, saat ini pendidikan di Indonesia sudah lebih maju.
Dari tahun ke tahun, kata JK, mutu pendidikan di Indonesia selalu memiliki inovasi dan kemajuan.
"Kita dari waktu ke waktu pasti pendidikan kita relatif maju," ujar JK di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (2/5/2017)
Hanya, jika dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara seperti Vietnam dan Singapura, Indonesia masih tertinggal.
Namun, jika dibandingkan dengan Program Penilian Siswa Internasional (PISA) pada tingkat SMA ke bawah, kenaikan mutu dapat dirasakan selama 10 tahun ke belakang.
"Kalau dihitung dari PISA, saya rasa ada kemajuan. Kalau dibanding dengan negara lain, ada yang cepat ada yang lambat," imbuhnya.
Mengenai penyelenggaraan Ujian Nasional, JK menilai masih sangat relevan dilakukan sebagai sebuah penilaian.
Menurutnya, jika hanya berdasarkan pada ujian sekolah yang berbeda-beda, pemerintah tidak bisa menilai secara nasional daerah mana yang maju dan mana yang ketinggalan.
"Kalau tanpa ujian yang bersifat standar nasional, kita tidak bisa mengetahui apa yang ada diperbaiki atau tidak diperbaiki," tuturnya. (Amriyono Prakoso)

Editor: Yaspen Martinus
Sumber: Tribunnews

Sumber : http://wartakota.tribunnews.com/2017/05/02/kata-jusuf-kalla-pendidikan-indonesia-semakin-maju
Read more ...

Kepala Sekolah Ini Pasrah Siswanya Tak Bisa UNBK Karena Tak Ada Perangkat



Laporan Reporter Tribun Jateng, Rival Almanaf
TRIBUNJATENG.COM, DEMAK -- Siswa-siswi SMPN 2 Karangtengah, Demak dalam ujian nasional kali ini masih menyelenggarakan dengan Kertas dan Pensil (UNKP) Kepala Sekolah, Ahmad Shokhib menjelaskan saat ini pihaknya mengalami keterbatasan untuk bisa menggelar UNBK.
"Pasti kami ingin UNBK, namun karena perangkat kami belum memiliki, dan sekolah yang ditebengi juga tidak ada karena kami tidak di pusat kota jadi ya UNKP saja," jelas Shokhib ketika ditemui Tribun Jateng, Selasa (2/5/2017).
Ada 133 siswa yang mengikuti ujian di sekolah tersebut. Shokhib juga belum bisa memperkirakan kapan bisa menyelenggarakan UNBK. Hal itu karena ada batasan sekolah untuk bisa meminta pungutan kepada orang tua murid.
"Sudah saya perkirakan misal tiga tahun lagi kami selenggarakan UNBK setidaknya wali murid harus iuran Rp 33 ribu perbulan untuk membeli peralatan dan memperbaiki ruangan," jelas Shokhib.
Menurutnya jumlah itu akan memberatkan orang tua muridnya. Ia menjelaskan siswa-siswinya memiliki kesejahteraan menengah ke bawah.
"Apalagi kalau sekarang kami menentukan besaran pungutan harus ada perdanya. Kalau tidak bisa ditangkap tim saber pungli," bebernya.
Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Demak, Anjar Gunadi menambahkan biaya untuk UNBK memang tidak murah. " Untuk server terutama yang menyulitkan karena bisa sampai Rp 20 juta," imbuhnya. (*)

Sumber :
http://jateng.tribunnews.com/2017/05/02/kepala-sekolah-ini-pasrah-siswanya-tak-bisa-unbk-karena-tak-ada-perangkat
Read more ...

Wali Kota Malang Panggil Kepala Sekolah Soal Terapi Setrum ke Siswa


MALANG, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Malang, Jawa Timurmemberi atensi khusus terhadap insiden Kepala SDN Lowokwaru 3 Kota Malang yang menyetrum siswanya untuk tujuan terapi. Saat ini, Pemerintah Kota Malang sudah memanggil pihak yang bersangkutan untuk dimintai keterangan terkait insiden tersebut.
"Sudah ada pemanggilan dan penanganan khusus masalah ini. Kami sudah melakukan pemanggilan melalui Kepala Dinas Pendidikan," kata Wali Kota Malang, M Anton saat ditemui usai upacara Hari Pendidikan Nasional di Balai Kota Malang, Selasa (2/5/2017).
Anton menyebut, apa yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap siswanya itu untuk terapi kesehatan. Namun dia menilai, penyetruman yang disebut sebagai terapi listrik itu terlalu berisiko dan tidak ada koordinasi langsung dari pihak sekolah ke Pemerintah Kota Malang.
"Bukan berarti disetrum, bukan. Ada metode yang disampaikan kepada kita untuk semacam kesehatan untuk pola pikir lah. Tapi maksud baik itu yang belum pernah diajukan kepada kita atau koordinasi," ucapnya.
Menurut  dia, terapi kesehatan dengan menggunakan listrik merupakan sesuatu yang tidak lazim.
"Kesalahannya ini kan tidak lazim. Paling tidak pernah ada koordinasi. Sebenarnya untuk kesehatan, cuma salahnya ini," katanya.
Sampai saat ini, belum ada sanksi yang diberikan kepada kepala sekolah tersebut. Anton mengaku masih akan menyelidiki kasus tersebut.
Sebelumnya, RA salah satu siswa di SDN Lowokwaru 3 Kota Malang mengaku disetrum oleh kepala sekolahnya, Tjipto Yhuwono.
Didampingi orang tuanya, Anita, RA mengaku bahwa penyetruman dengan tujuan terapi itu membuat sejumlah organ tubuhnya ngilu, bahkan mimisan. Penyetruman itu terjadi pada Selasa (25/4/2017) pekan lalu.
Menurut RA, ada empat siswa yang disetrum. Selain dirinya, rekannya, MK, MZ, dan MA juga mengalami hal yang sama.
Penyetruman itu dilakukan dengan menggunakan dua papan kecil yang dialiri tegangan listrik. Satu papan untuk tempat siswa dan satu papan lainnya untuk kepala sekolah.
Selama proses penyetruman, kepala sekolah memegang tespen untuk melihat tegangan listrik yang masuk ke tubuh siswa.
Kepala SDN Lowokwaru 3 Kota Malang, Tjipto Yhuwono belum bisa dikonfirmasi terkait kasus itu. Kepada Kompas.com, ia mengaku masih dipanggil oleh pihak Dinas Pendidikan Kota Malang.

PenulisKontributor Malang, Andi Hartik
EditorErlangga Djumena

Sumber: http://regional.kompas.com/read/2017/05/02/12214141/wali.kota.malang.panggil.kepala.sekolah.soal.terapi.setrum.ke.siswa





Read more ...
Designed By